Jumat, 30 Maret 2012

Bahasa Indonesia 2 - Penjelasan Pernalaran Induktif


PERNALARAN INDUKTIF

I.                    Pengertian
Pernalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data yang dapat dipergunakan dalam pernalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.

Pernalaran Induktif adalah pernalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada pernyataan (premis).

II.                  Bentuk Dari Pernalaran Induktif
Beberapa bentuk pernalaran induktif adalah sebagai berikut :
a.                   Generalisasi
Adalah proses pernalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Jika dipanaskan, besi memuai
Jika dipanaskan, tembaga memuai
Jika dipanaskan, emas memuai
Jadi, jika dipanaskan , logam memuai
b.                  Analogi
Adalah cara penarikan pernalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Isye adalah lulusan akademi A
Isye dapat menjalankan tugasnya dengan baik
Rakhman adalah lulusan akademi A
Oleh sebab itu, Rakhman dapat menjalankan tugasnya dengan baik


Tujuan pernalaran secara analogi adalah sebagai berikut :
1.       Analogi dilakukan untuk meramaikan kesamaan
2.       Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan
3.       Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi
c.                   Hubungan Klausa
Adalah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Misalnya : tombol ditekan, akibatnya tombol berbunyi.
Dalam kaitannya dengan hubungan klausa ini, ada tiga hubungan antar masalah, yaitu sebagai berikut :
1.       Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu hubungan ini dapat berpola A menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
2.       Akibat – Sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter, kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Akan tetapi, dalam pernalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
3.       Akibat – Akibat
Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain.
Contoh :
Ketika pulang dari pasar, ibu Henny melihat tanah dihalamannya becek. Ibu Henny langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti becek.
4.       Salah Nalar
Gagasan, fikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan ketidak tepatan orang mengikuti tata cara pikirannya.
a.       Dedukasi yang salah
Salah nalar yang disebabkan oleh dedukasi yang salah merupakan salah narasi yang amat sering dilakukan orang. Hal ini terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah satu tidak memenuhi syarat.


Beberapa salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut :
1.       Pak Rakhman tidak dapat dipilih sebagai lurah disini karena dia miskin
2.       Bunga anggrek sebetulnya tidak perlu dipelihara karena bunga anggrek banyak ditemukan dalam hutan
3.       Dia pasti cepat mati karena dia menderita penyakit jantung
b.      Genarasi terlalu luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung gereralisasi tidak seimbang dengan besarnya gereralisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Beberapa salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut :
1.       Gadis Bandung cantik-cantik
2.       Kuli pelabuhan jiwanya kasar
c.       Pemilihan terbatas pada dua alternative
Salah nalar ini dilandasi oleh pernalaran alternative yang tidak dapat dengan pemilihan “itu” atau “ini”
Contoh :
Engkau harus mengikuti kehendak ayah, atau engkau harus berangkat dari rumah ini.
d.      Penyebab yang salah nalar.
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud. Orang tidak menyadari bahwa yang dikatakannya itu salah.
Contoh :
Matanya buta sejak beberapa waktu yang lalu. Itu tandanya dia melihat gerhana matahari total.
e.      Analogi  yang salah.
Salah nalar dapat terjadi apabila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah pada segi yang lain.
Contoh :
Rumondang seorang alumni Universitas Indonesia, dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu,  Ani seorang alumni Univrsitas Indonesia, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
f.        Argumentasi bidik orang.
Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seorang dengan tugas yang diembannya. Dengan kata lain, sesuatu itu selalu dihubungkan dengan orang lain.
Contoh :
Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugasnya itu  mempunyai anak 6 orang.
g.       Meniru – niru yang sudah ada.
Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan kalau atasan kita melakukan hal itu.
Contoh :
Seluruh pegawai Bank D diperbolehkan pulang tepat waktu karena pemimpin Bank D sudah pulang lebih dulu dan membatalkan acara rapat hari itu.
h.      Penyamaan para ahli.
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang  sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan mengambil simpulan.

III.           Contoh Paragraf Induktif :
Panas atau demam yang tinggi selama beberapa hari dapat dicurigai sebagai demam berdarah. Seseorang yang menderita demam berdarah juga mengalami pendarahan dari lubang hidung atau mimisan. Selain itu, muncul bintik-bintik merah pada tubuh. Semua gejala tersebut hendaknya diperhatikan sehingga jika terjadi gejala-gejala tersebut, penderita bisa ditolong dan ditangani dokter

IV.          Artikel Tentang Penyakit Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
  Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10.Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
  Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
  Pengobatan Penyakit Demam Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
- Paracetamol membantu menurunkan demam
- Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
- Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
  Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar